Dengan menguatnya sentuhan politik, pendekatan pengelolaan pendidikan menjadi serba populis dengan target melanggengkan kekuasaan pemerintah daerah. Pendekatan politis lebih mementingkan patisipasi dan kekuasaan daripada profesionalisme. Akibatnya, komponen strategi di sekolah yaitu promosi, rotasi, dan demosi kepala sekolah menjadi bagian dari utama pergerakan politik daerah yang menampilkan persaingan kekuasaan daripada perbaikan profesional edukatif-pedagogis.
Kondisi tersebut telah mendorong sebagian besar daerah terjebak dalam urusan pengelolaan kekuasaan internal daerah yang bersifat populis. Semangatnya adalah mengalokasikan sumber daya pendidikan untuk memperkuat politik daerah. Pendidikan tidak dialokasikan sebagai aset daya saing daerah pada konteks nasional dan global dengan meningkatnya mutu sumber daya manusi.
Konsentrasi daerah sentris menjadi kendala terhadap tumbuhnya pemikiran mensinergikan sumber daya internal dan eksternal untuk meningkatkan keunggulan kompetitif. Kecendrungan tersebut sekaligus menghambat pertubuhan akuntabilitas eksternal peningkatan mutu pendidikan. Hal itu terlihat pada kuatnya konsentrasi kepala sekolah pada kekuasaan sehingga dalam banyak kasus lebih mementingkan kegiatan seremonial politis daripada mengukur mutu operasional pendidikan di sekolah. Akibatnya lebih lanjut, sistem monitoring mutu kinerja guru mengajar dan kinerja siswa belajar terlepas dari perhatian utama pimpinan sekolah. Pada beberapa kasus sistem kordinasi pimpinan sekolah dengan pimpinan daerah bersifat birokratis politis. Prinsip-prinsip kepemimpinan pembelajaran semakin menjauh dari substansi pedagogis.
(source: tugas PKN kelas 1)
0 komentar:
Posting Komentar